Monday, November 17, 2008

BAYI DAN DIARE


MENDADAK Tidak PUP

Perlukah dikhawatirkan?

Baru-baru ini Mirna mengkhawatirkan bayinya yang baru berusia 4 bulan. Pasalnya, kebiasaan buang air besar (BAB) si kecil mendadak jadi tidak beraturan. Minggu lalu BAB dilakukan setiap 3 hari. Selanjutnya jadi setiap 5 hari. Malah sekarang sudah seminggu belum juga BAB. Aduh, kenapa, ya? Benar enggak sih kalau kata orangtua dulu apa yang dimakan bayi akan jadi 'daging'? Apakah normal dan sampai berapa lama masih bisa ditoleransi?

DITUNGGU 10 HARI

Kekhawatiran ibu seperti itu memang wajar. Namun, sebetulnya, asalkan si bayi terlihat enjoy (tenang-tenang saja) berat badannya bertambah, menyusunya tetap baik, tidak rewel, tidak kembung, dan tidak sering menangis ibu tak perlu khawatir. Justru asal tahu saja, kegelisahan ibu yang berlebihan dapat menyebabkan BAB bayi terganggu, sebab saat menyusui kondisi psikologis yang dialami ibu dapat dirasakan oleh bayi yang pada akhirnya memengaruhi mekanisme fisiologis BAB-nya.

Lagi pula, frekuensi BAB bayi yang mendapat ASI eksklusif masih bisa ditoleransi hingga 10 hari. Frekuensi ini sangat dipengaruhi pergerakan makanan dari mulut ke anus yang semakin ke bawah semakin melambat. Waktu transit makanan di dalam perut sampai kembali keluar, pada bayi usia 1-3 bulan lamanya sekitar 8,5 jam. Lantaran itulah frekuensi BAB bayi usia ini paling lama bisa mencapai 4-6 kali sehari. Sedangkan pada bayi 4-24 bulan, waktu transit makanannya bertambah menjadi 16 jam dan pada usia 3-13 tahun waktunya mencapai 26 jam. Barulah pada saat dewasa menjadi 48 jam. Ini menjawab mengapa frekuensi BAB bayi yang sebelumnya lancar menjadi makin jarang.

Dengan adanya waktu transit yang lebih panjang, proses penyerapan zat-zat makanan jadi lebih optimal. Makanan yang masuk ke dalam usus halus setelah diproses dalam bentuk encer kemudian akan masuk ke usus besar. Nah, selama berproses di usus besar sampai ke anus, di situ terjadi kembali penyerapan (reabsorbsi). Pada akhirnya terkumpullah sisa penyerapan makanan dalam bentuk tinja dengan konsistensi agak padat namun tetap lunak dengan warna antara kuning, cokelat atau agak kehijauan.

Jadi, kalau orangtua dulu bilang, "Makanannya diserap jadi daging," ya ada benarnya. Namun dalam arti yang tidak berlebihan, lo, karena banyak faktor yang memengaruhi proses penyerapan zat-zat makanan. Sepanjang tak ada keluhan pada bayi, meski belum juga BAB maka ditunggu saja. Ciptakan suasana relaks, bebas dari kekhawatiran.

KAPAN DIWASPADAI?

BAB yang semakin jarang tak bisa didiamkan bila disertai tanda-tanda ketidaknormalan. Misal, disertai muntah, perut kembung, sering menangis atau rewel, bila diraba perutnya terasa keras, ada darah pada tinjanya, berat badan tidak naik pada bulan berikutnya, atau tanda-tanda lain yang mencurigakan.

Perhatikan pula bagaimana frekuensi BAB serta bagaimana bentuk tinjanya. Tinja yang berbentuk bulat-bulat kecil menandakan ada timbunan tinja di dalam usus besarnya. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsional, misalnya bayi menahan keinginan BAB karena pernah punya pengalaman sakit akibat feses atau tinja yang keras. Sebagian kecil lainnya bisa disebabkan kelainan organik, seperti penyempitan rektum (penyakit Hirschsprung) atau lubang dubur terlalu ke depan. Keadaan ini sering diselingi dengan keluarnya tinja encer sedikit-sedikit. Dengan demikian, gangguan sembelit yang sifatnya fungsional dapat dipengaruhi oleh faktor asupan seperti komposisi makanan dan jumlah cairan yang masuk, dan faktor psikologis. Namun begitu, terlambat BAB pun bisa diawali oleh masalah teknis. Jika bayi tidak menguasai teknik mengedan yang benar, ia tidak akan menghasilkan dorongan yang dapat mengeluarkan tinjanya. Pada kasus seperti ini, orangtua tidak perlu kawatir, karena bayi akan belajar sendiri bagaimana mengedan yang benar

HINDARI PENCAHAR

Tanpa gejala sakit yang mencurigakan, bayi tidak dianjurkan diberi obat pencahar karena dikhawatirkan justru akan mengganggu mekanisme fisiologis normal BAB-nya. Bayi juga berisiko mengalami ketergantungan pada perangsang BAB ini. Jadi tak perlu menginterupsinya dengan obat-obatan kecuali dokter memberikan dengan pertimbangan tertentu. Itu pun dengan catatan tidak terlalu sering dan lama.

Untuk bayi yang usianya sudah melewati 6 bulan, tinjanya yang keras dapat dilunakkan dengan mempersering pemberian buah pepaya lumat. Pepaya membantu melunakkan tinja. Buah yang tidak dianjurkan adalah pisang karena dapat memperkeras tinja. Selain buah, berikan juga makanan berserat lainnya seperti sayuran dan serealia. Minyak nabati dari jagung dan kacang pun dapat membantu melancarkan buang air besar. Penggunaan minyak sumber asam lemak tak jenuh ini dapat menambah gurih makanannya. Campurkan dengan bubur atau timnya, antara 1/2 sampai 1 sendok teh.

BAB BERDARAH

Tinja bayi berdarah? Jangan panik. Cobalah lihat kembali, karena bisa saja itu bukan darah. Makanan seperti tomat atau wortel yang tidak tercerna dengan baik membuat tinja keluar dengan warna merah-merah menyerupai bercak darah.

Kalaupun memang benar darah, perhatikan bagaimana lokasi darah tersebut. Ada bermacam kemungkinan penyebab BAB berdarah, antara lain:

* Darah segar dan tampak berada di bagian luar tinja.

Biasanya dikarenakan ada luka di anus (fissura ani). Tinja keras akan menimbulkan gesekan keras dengan permukaan anus. Darah pada luka tersebut kemudian terbawa oleh tinja.

* Darah segar yang keluar menetes.

Jika darah menetes dari dalam anus setelah tinja keluar, kemungkinan terdapat luka pada anus atau ada polip di usus besar yang tergesek dan mengalami perdarahan. Lihatlah bagian anus bayi untuk memastikan ada tidaknya luka. Jika tidak ada, kemungkinan terdapat polip yang letaknya lebih dalam lagi. Tentu saja BAB berdarah ini perlu dikonsultasikan pada dokter.

* Darah bercampur lendir yang ada pada tinja.

Berbeda dengan kedua gangguan BAB berdarah tadi, perdarahan yang disertai lendir ini disertai rasa mulas. Tandanya, yaitu bayi rewel saat BAB. Setelah feses keluar biasanya rasa mulas akan hilang.

Kemungkinan bayi terkena disentri amuba atau baksiler. Namun, pada bayi yang mendapat ASI, kemungkinan terjadi disentri sangatlah kecil. Penyakit ini umumnya berjangkit di lingkungan yang kurang bersih atau karena peralatan makan dan makanannya tidak higienis. Bila dipastikan karena disentri, biasanya dilakukan pemberian antibotik untuk 7-10 hari.

TINJA CAIR Tak SELALU DIARE

Konsistensi tinja "bayi ASI" sering kali berbentuk cair dibandingkan bayi susu formula yang konsistensi tinjanya agak lebih padat. Artinya, tinja bayi yang cair tak selalu merupakan diare.

Tinja pada kasus diare bentuknya memang cair tetapi biasanya disertai busa karena adanya gas. Dubur bayi tampak kemerahan karena teriritasi cairan tinja berzat asam tadi. Frekuensi BAB pun jadi semakin sering.

Diare sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus). Virus menyebabkan lesi/kerusakan pada jonjot-jonjot usus halus bayi. Akibatnya enzim laktase akan berkurang dan proses pencernaan serta penyerapan laktosa terganggu. Inilah yang menimbulkan diare. Pemberian ASI pada bayi diare tetap harus diteruskan. Dalam ASI terkandung zat-zat yang dapat memperbaiki kerusakan pada usus. Sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula sebaiknya menghindari kandungan laktosa selama diare.

Dedeh Kurniasih. Ilustrator Pugoeh

Konsultan Ahli:

dr. Hadjat S. Digdowirogo, Sp.A

dari RS Medika Permata Hijau, Jakarta



3 comments:

thanks ya semoga ini bermanfaat bagi keluarga kami...:)

Halo,
Saya memiliki bayi usia 3 bulan dan dlam dua minggu ini pada BAB-nya ada darah bersama lendir. Interval pertama dalam sehari 3 kali dan semakin sedikit. Lalu selang seminggu muncul lagi tapi sedikit. Bayi masih ASI ekslusif dan saya nilai higienis. Memang akhir2 ini bayi mulai menggigit-gigit tangannya yang bersarung. apakah ini bisa menjadi penyebab bakteri disentri masuk ke perut? Selain itu, kekhawatiran saya, bayi saya mengalami bodong (hernia umbilical) namun oleh dokter bedah dinyatakan tidak masalah dan sekarang sudah mulai mengempis. Saya kuatir jika ada ususnya yang terjepit atau terselip di usu lain sehingga menyebabkan perdarahan. Memang saat mengejan BAB bayi terlihat sering menangis meski sekarang jarang. Mohon sarannya. terima kasih.

Jika ada lendir dan darah pada bayi, kemungkinan besar ada infeksi pada saluran cerna. Sebaiknya diperiksa ke dokter. Untuk hernia umbilicalis ,jika sudah tidak menjadi masalah tidak perlu dilakukan operasi.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More