underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

underconstruction

Thursday, September 04, 2008

SWOT ( )

Swot analysis is a dynamic process of decision making with many applications in organizations and other applied fields SWOT analysis highlights the key issues, and the links between issues, which are related to a problem. It is by understanding the key issues that a solution to a problem can be achieved.

The business of management today is characterised by complex issues and continuous change. Frequently the related decisions and actions are characterised by trying to understand the complexity of the issues involved so that an appropriate decision can be made. Whilst this kind of applied decision making is not an exact science, SWOT analysis is internationally known as a method of understanding the issues which are involved. In doing so, ideas can be shared between managers and even integrated into a wider picture for subsequent analysis.

ref:
http://www.swotexpert.com/purch-home.htm
http://www.sharewareconnection.com/titles/swot-analysis.htm
http://www.kineticupdate.com/sx/Setup-SWOTExpert-Trial.exe ( trial )
http://www.softpedia.com/get/Others/Miscellaneous/SWOT-Expert.shtml

Tuesday, September 02, 2008

Belajar kedokteran ke Amerika

Sebuah kesempatan yang amat baik, ketika ada seorang alumni kita berbagi cerita dengan rekan-rekannya dan mahasisWa. Dr. Ratih Sudharto, alumni FK-UAJ, dan suaminya hadir dalam audiensi “Kiat Melanjutkan Studi di Luar Negeri, khususnya Amerika Serikat” yang difasilitasi oleh Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya. Audiensi ini dilaksanakan pada Rabu, 16 Juli 2008, di Ruangan Studio, Gedung Damianus, Kampus FK-UAJ, mulai pukul 11:00 hingga 12:30 WIB. Peserta yang hadir pun beragam dari orang tua, dokter alumni, mahasiswa klinik, dan pre-klinik. Pembicara audiensi, dr. Ratih, kini sudah menyelesaikan studinya di Amerika SeRikat, yaitu bidang Kedokteran Keluarga dan telah bekerja di sana .



Belajar kedokteran di luar negeri sering menjadi momok yang besar bagi mahasiswa kedokteran. Di balik keinginan untuk memperoleh pengalaman yang lebih luas, namun sering terhambat dengan ketidakpercayaan diri atau keterbatasan ekonomi, bahkan keterbatasan berbahasa.



Menurut dr. Ratih, sebelum kita memutuskan melanjutkan studi ke luar negeri, kita sudah harus mempunyai alasan yang kuat. Kita harus dapat menjawab pertanyaan kepada diri kita:“Mengapa saya mengambil spesialisasi di Amerika Serikat?” Jika sudah terjawab, seyogyanya dapat menjadi dasar motivasi yang kuat bagi kita untuk menuntut ilmu. Dedikasi kita pun tidak boleh lemah atau rapuh. Bila lemah, mungkin mengikuti ujian USMLE saja dapat langsung menyerah.



Perbandingan


Tentunya kita dapat membandingkan biaya yang harus keluar dari kocek untuk belajar ke Amerika. Selain biaya tiket dan keimigrasian tentunya, biaya ujian USMLE (United States Medical Licensing Examination) sekitar 700 Hingga 1.200 USD. Untuk biaya dari tiba di Amerika, ujian USMLE, dan hingga diterima residensi dapat menghabiskan kurang lebih 30.000 USD. Tampaknya memang lebih murah dari spesialisasi dalam negeri.



Langkah Pertama, USMLE Step 1


Sama seperti kita saat menghadapi EBTANAS, UAN, atau SMPTN, untuk ujian USMLE pun ada semacam bimbel alias bimbingan belajar yaitu Kaplan Course.



USMLE ini adalah ujian untuk mendapatkan lisensi untuk praktik kedokteran di Amerika Serikat. (Untuk informasi lebih lanjut, rekan dapAt mengunjungi tautan www.usmle.org). Ada 3 macam ujiannya, yaitu USMLE Step 1, Step 2, dan Step 3, yang dilakukan secara terpisah.



USMLE Step 1 adalah ujian ilmu sains dasar. Jika kita sudah selesai pre-klinik, kita dapat mengambilnya. Materi yang diujikan adalah ilmu anatomi, ilmu perilaku, biokimia, mikrobiologi, patologi, farmakologi, fisiologi, genetika, ilmu penuaan (aging), immunologi, ilmu gizi, biologi sel dan molekuler. Ujiannya akan terdiri dari 336 butir soAl pilihan ganda dan dikerjakan dalam 7 jam.



USMLE Step 2, Ujian Klinis


USMLE Step 2 adalah ujian pengetahuan kedokteran (clinical knowledge, CK) dan kemampuan kedokteran (clinical skill, CS). Pesertanya harus sudah lulus dari fakultas kedokteran (bergeral dokter atau MD, Medical Doctor). Yang diujikan adalah materi ilmu penyakit dalam (interna), ilmu kebidanan dan penyakit kandungan (obstetrik ginekologi), ilmu kesehatan anak (paediatri), ilmu kedokteran pencegahan (preventive medicine), ilmu kedokteran jIwa (psikiatri), dan ilmu bedah (surgery). Pada ujian CK diujikan materi-materi diatas dalam bentuk soal berpilihan ganda. Materi ujian berjumlah 370 butir dalam 7-8 jam.



Kesulitan yang mungkin dapat dihadapi bagi dokter Indonesia adalah perbedaan prosedur atau tatalaksana dari perawatan penyakit. Misalnya dalam tata laksana appendisitis di Indonesia dilakukan ultrasonografi, sedangkan yang di Amerika adalah langsung dipindai dengan CT-Scan.



Ujian CSnya bermodel seperti OSCE (Objective Structured ClinicaL Examination) dengan 11 hingga 12 pos-pos stasiun. Di sini kita harus mampu untuk melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien yang telah distandarisasi selama 15 menit dan memikirkan diagnosa diferensial selama 10 menit.



Yang dinilai dalam Ujian USMLE Step 2 CS adalah:


- Proses bagai menghadapi pasien


o Pengumpulan data medis


o Dokumentasi


- Kemampuan komunikasi dan interpersonal


o Kemampuan bertanya


o Kemampuan berbagi dan menyampaikan informasi


o Sikap dan hubungan yang profesional


- Mampu berbahasa Inggris deNgan baik



Selanjutnya, USMLE Step 3



USMLE Step 3 bersifat fakultatif bagi para residen, namun USMLE Step 3 perlu bagi mereka yang menginginkan untuk meraih visa H1.



USMLE Step 3 berupa 480 pertanyaan pilihan ganda dan diujikan selama 2 hari. Peserta akan diberikan simulasi-simulasi kasus yang berbasiskan komputer (computer-based). Jadi dengan program simulasi ini, peserta ditanyakan mengenai tindakan-tindakannya pada kasus tersebut. Ujian ini ingin menguji apakah peserta dapat berpraktik tanpa pengawasan(supervising).





Informasi USMLE Lainnya


Untuk informasi lainnya dapat diakses di www.ecfmg.org, www.usmle.org, www.usmleweb.com, www.usmleworld.com, www.kaptest.com , www.aamcd.org/students/eras/, www.ama-assn.org.



Visa-Visa


Untuk visa yang umum digunakan oleh lulusan kedokteran internasional adalah H1 dan J-1 atau exchange visitor. Informasi mengenai ini bisa ditemui di www.ecfmg.org.



Pengajuan Residensi


Setelah lulus USMLE yang diperlukan, maka kita akan mendaftarkaN diri ke lembaga pendidikan untuk residensi. Ada 3 hal lagi yang perlu disiapkan yaitu surat pengantar dekan (dean’s letter) yang menginformasikana siapa kita, nilai-nilai (IPK, Indeks Prestasi Komulatif atau GPA, Grade Point Average), aktivitas (misalnya, mengikuti Badan Eksekutif Mahasiswa atau Senat Mahasiswa) selama di fakultas kedokteran, surat pernyataan diri (personal statement) seperti surat motivasi, dan pelampiran bila kita memiliki penghargaan, publikasi, atau penelitian. Yang terakhir ini mungkIn bisa dikatakan jarang di fakultas kita. Pengalaman meneliti, memresentasikan, menulis, atau memublikasi hasil karya dapat merupakan sebuah poin tambahan. Bila pendaftaran kita diterima, kita lanjut ke sesi wawancara.



dr. Ratih menambahkan, selama wawancara adalah waktu yang sangat tepat untuk memperlihatkan siapa diri kita, misalnya sikap profesional, ramah, cerdas, sopan, baik dalam berbahasa, dan lainnya. Walaupun nilai USMLEnya sempurna, bila memperlihatkan presentasi yang buruk saat wawancara, akan Tetap ditolak.



Jadi, harus siap-siap!



Berapa Lama Residensi?


Bila rekan-rekan berminat mengambil interna, dapat dijalani dalam masa 3 tahun. Obs-gyn sekitar 4 tahun, orthopedik 4 tahun, dan lainnya. Ketika ditanyakan oleh salah seorang peserta mengenai menjadi seorang kardiolog, dr. Ratih menginformasikan bahwa untuk menjadi seorang kardiolog, kita harus mengambil residensi interna dahulu, baru kemudian belajar lagi kardiologi selama 3 tahun. Bila kita ingin belajar lebih lanjut lagi, maka masa belajar daPat ditambah lagi. Begitupun dengan ilmu bedah plastik yang harus lulus bedah umum terlebih dahulu.



Macam Residensi


Ada 3 macam residensi di Amerika yaitu, university-based, community-based, dan campuran keduanya. Bila university-based maka kita akan residensi di rumah sakit universitas dan biasanya lebih ditekankan pada riset. Tipe community-based, peserta residensi akan menjalani proses pendidikan di rumah sakit non-universitas, sehingga lebih banyak menghadapi tindakan praktis yang ditemui sehari-hari sEbagai praktisi medis.



Menurut dr. Ratih, bidang spesialisasi yang sulit di Amerika kini adalah bidang bedah (terutama bedah plastik), ilmu penyakit mata (oftalmologi), dan ilmu penyakit THT (otolaringologi). Untuk yang berpenghasilan yang tinggi, yaitu seperti bedah plastik.



Masalah yang dahulu sempat muncul di residensi Amerika adalah jam kerja yang terlalu lama, terutama para dokter bedah. Namun sekitar 2 tahun belakangan ini sudah diterbitkan peraturan bahwa jam kerja tidak boleh lebih dari 80 jam. MaSa kerja sudah dijamin oleh pemerintahnya.



Maka?


Residensi asal Indonesia sudah cukup banyak di Amerika. Kini, giliran Anda!



Hasil audiensi ini dikompilasi oleh


Bidang Pendidikan dan Profesi Kedokteran (BIDPENDPRO)


Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya




Terima kasih kepada:


FK-UAJ, dr. Ratih dan suami, rekan-rekan bidang 1 SMFK-UAJ, dan Prianto ’05


sumber : atmajaya.ac.id

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More